Sipelebegu

Apa itu Sipelebegu?

Ugamo Sipelebegu adalah agama asal suku Batak sebelum kedatangan Islam & Kristen ke tanah Batak. Malah di katakan bahwa agama ini adalah perintis agama Parmalim yang telah di asaskan oleh Sisingamangaraja XII dengan pelopornya Guru Somalaing. Banyak yang menganggapnya bukanlah agama melainkan hanya sekedar tradisi karna sistem kepercayaan ini sudah melekat dengan kehidupan masyarakat Karo sejak lama. Karena di sebut sebagai agama tradisi, para pemeluk agama tradisi ini masih menjalankan segala ritual yang ada dalam ajaran agama suku itu. Tidak hanya para pemeluk saja yang menjalankan ritual tersebut, tetapi orang Karo yang telah memeluk agama lain seperti agama Kristen / Islam juga turut menjalankan beberapa ritual yang di anggap sebagai bagian dari adat ini. 

Sipelebegu, Pelebegu / Hasipelebeguan berasal dari kata pele / memberikan sesaji & begu / roh. Di tanah Karo, agama ini di sebut Perbegu. Sebutan Perbegu di berikan penjajah melalui gereja pada orang yang di anggap tidak percaya pada Tuhan YME.  Padahal, Perbegu itu di maknai sebagai penyembah setan. Banyak yang tidak setuju dengan penamaan Perbegu yang di berikan penjajah. Masyarakat Karo sendiri pada awalnya tidak memberi nama apapun terhadap kepercayaannya itu.



Siapa yang mereka sembah?
Orang Karo meyakini bahwa alam semesta di isi oleh sekumpulan tendi. Hal ini sesuai dengan keyakinan orang Karo yang sangat dekat dengan suatu bentuk kepercayaan / keyakinan terhadap kehidupan jiwa yang keberadaannya di bayangkan sama dengan roh gaib. Mereka percaya pada kekuatan alam, oknum dan jin yang masing - masing memiliki kekuatan tersendiri. Ada pengisi alam yang unik, dimana sebagian orang menganggap kekuatannya melebihi kekuatan manusia, di mana ia harus di sembah & di ambil hatinya. Selain itu, kejadian alam seperti banjir, gempa, penyakit dsb yang sangat membahayakan adalah perbuatan oknum tertentu yang mempunyai kekuatan. Si oknum tersebut, menurut pemeluk kepercayaan Sipelebegu, mau datang ke rumah & mempunyai tubuh serta dapat berpindah. Ia juga berbentuk tendi tapi tidak kelihatan & mempunyai sahala. Sehingga menurut penganut agama ini, si oknum yang memiliki kekuatan tadi harus di sembah agar terhindar dari bahaya. Oleh karna itu, mereka memberikan sesaji pada roh baik berupa makanan, minuman / sesuatu benda ke makam, pohon besar, tempat yang di yakini keramat & angker. Mereka juga mempercayai kekuatan datu yang memiliki kemampuan yakni meramal melalui melihat hari. Cerita tentang tata cara penyembahan & asal mula pengetahuan ahli mimpi serta dukun di peroleh dari suatu pokok kayu besar, seperti yang di uraikan para guru mereka secara turun - temurun, telah di ceritakan & menjadi bahan pengetahuan generasi berikutnya serta telah menjadi cerita rakyat tentang latar belakang terjadinya pengetahuan pada para dukun itu. Di mana cerita yang di maksud akan teringat bila ada orang yang di rasuk begu - beguan.


Sejak kapan kepercayaan ini ada?

Pada abad 1 Masehi, terjadi migrasi orang India Selatan ke Indonesia, termasuk ke Sumatra. Yang pertama adalah migrasi penganut agama Hindu & gelombang kedua adalah yang memperkenalkan agama Budha. Mereka mengajarkan aksara sansekerta & pallawa serta agama Hindu - Buddha. Pengaruh mereka masih tampak dalam kepercayaan Karo. Maka tidak heran bila sistem kepercayaan & sistem masyarakat di pengaruhi oleh ke - 2 agama tersebut. 

Pada tahun '46, masyarakat Karo melalui ketua adatnya memberikan nama agama Pemena kepada sistem kepercayaan itu .


Di mana pusat kepercayaan ini?
Agama ini di anut oleh masyarakat Mandailing, Angkola, Karo & Pakpak sebelum Islam di sebarkan ke seluruh Sumatera Utara. Kepercayaan inilah yang di anut oleh orangtua yang mendiami daerah terisolir di Sumatra Utara dahulu kala.






Bagaimana sistem kepercayaannya?
Sedikit penjelasan bahwa di dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo terdapat daliken sitelu. Ketiga unsur yang terdapat adalah :
  • Kalimbubu = golongan yang terhormat.
  • Anak beru
  • Senina
Manusia dalam kepercayaan masyarakat Karo terdiri dari :

  • Tendi
  • Begu
  • Tubuh 
Daya pikiran manusia di anggap bertanggung jawab ke luar guna menjaga keseimbangan dalam dengan keseimbangan luar sebagai suatu makro kosmos yang meliputi dunia gaib, kesatuan sosial & lingkungan alam sekitar. Seperti yang telah di sebutkan bahwa masyarakat Karo memandang dunia tidak hanya di tempati manusia namun juga ada tendi & begu yang merupakan roh yang tak terbatas tempat serta waktu. 

Menurut seorang guru, dalam tempat tinggal kita ini pun banyak sekali makhluk halus yang tidak terlihat oleh mereka yang tidak 2 lapis matanya. Demikian juga dengan keramat, sangat banyak juga, di setiap hutan ada 1 keramat penungggu. Tapi mahluk halus jenis keramat ini tidak mengganggu sifatnya, tidak mau menganggu manusia, dia menolong
manusia. Tapi jika makhluk halus, bisa saja membuat penyakit bagi manusia & mencelakakan kita.

Di katakan juga bahwa arwah orang yang telah meninggal mempunyai kehidupan yang berbanding terbalik dengan kehidupan manusia. Malam bagi arwah adalah siang bagi kita manusia & pagi bagi arwah adalah malam bagi kita. Alam gaib di katakan juga sebagai alam jiwa. Keseluruhan alam gaib disebut pertendiin. Oleh karna itu, hubungan manusia dengan alam gaib hanya dapat di lakukan melalui jiwa yang di miliki oleh manusia itu sendiri. 

Itulah sebabnya dalam melakukan hubungan dengan orang yang telah meninggal, seorang guru menggunakan tendinya dengan bantuan tendi lain yang disebut jenujung melalui ritual perumah begu. Jenujung ini adalah sebagai kekuatan dari luar diri seorang guru yang dapat membantunya sebagai roh gaib pelindung yang berasal dari makro kosmos. Guru mengatakan bahwa hubungan itu dapat di lakukan melalui perantaraan angin si lumang - lumang. Biasanya di lakukan dengan meletakkan belo cawir. Belo cawir ini merupakan lambang diri manusia. Sirih dalam belo cawir di anggap sebagai lambang tubuh manusia, kapur di anggap sebagai lambang dari darah putih & pinang serta gambir di anggap sebagai lambang dari darah merah manusia karena perpaduan keduanya memberi warna merah. 

Upacara ritual dalam hidup masyarakat sehari - hari terlihat dalam upacara panen padi. Dalam upacara itu, Guru akan mendoakan sesaji yang di tambah dengan beberapa tabas. Adapun sesajinya berupa makanan khas Karo, rokok dari daun nipah beserta tembakaunya, beberapa jenis bunga & perlengkapan untuk makan kampil. 

Kosmologi Karo mempunyai perbedaan yang sifatnya umum antara alam gaib & alam biasa. Alam gaib di tunjukkan dengan pemakaian kata i jah & alam manusia biasa dengan kata i jenda. Dalam peristiwa pemanggilan, roh orang mati tersebut berasal / datang dari negeri seberang. Ini menunjukkan bahwa alam gaib itu berbeda jauh dengan alam tempat kehidupan manusia. Hal ini terutama menandakan bahwa roh yang telah mati tidak sama dengan manusia yang hidup. 

Ini di buktikan dengan kata seberang yang dalam pengertian para guru di anggap melewati suatu batas yang di tandai oleh lau. Dalam hal ini, di ungkapkan bahwa lau merupakan penghubung antara manusia & roh yang telah mati. Hal ini pula yang menyebabkan banyak guru memakai air yang di tempatkan dalam suatu mangkuk putih, terutama jika guru merasa bahwa penyebab dari keadaan yang tidak seimbang pada diri manusia tersebut di sebabkan karena ada hubungannya dengan roh orang mati yang mengganggu.

Menurut kepercayaan sebagaimana di sebut di atas, kepercayaan ini menjadi sebuah inspirasi bagi masyarakat Pakpak untuk belajar mencapai keabadian.  Untuk menunjukkan kuasa dukun, banyak terjadi permusuhan antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok lain yang disebut graha. Musuh yang paling di benci di tangkap kemudian di potong & sebagai tanda pelampiasan dendamnya, untuk menunjukkan kemenangan, daging manusia yang terbunuh dapat di makan. Dan untuk menunjukkan kemenangan & untuk lebih di segani/ dengan maksud agar lebih di takuti, gigi musuh yang telah terbunuh di cabut & di pertunjukkan di muka bangunan sebuah rumah. Kepercayaan itu hingga kini telah mendarah daging.  

Sumber :
  1. http://ms.wikipedia.org/wiki/Pelebegu
  2. http://haposanbakara.blogspot.com/2012/03/sipelebegu.html
  3. http://oppungmulajadi.blogspot.com/2013/04/sipele-beguperbegu-agama-awal-suku-karo.html
  4. http://tarabintang.blogspot.com/2006/09/kepercayaan-pakpak.html




    0 Response to "Sipelebegu"

    Posting Komentar