Putri Bidadari 1


Alkisah terdapat sepasang petani bernama Ompu Raja Natumandi - Hutabarat Pohan yang mempunyai seorang putri semata wayang bernama Boru Natumandi yang tinggal di sebuah desa bernama Dusun Banjar Nahor - Silindung di pinggiran kota Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Namun, dusun itu kemudian pindah sekitar 500m dari desa semula & sekarang di beri nama Dusun Hutabarat Banjar Nauli. Ia memiliki paras yang cantik & sangat di sayangi oleh ke - 2 orangtuanya, sehingga dia tidak di perbolehkan untuk bekerja di ladang sebagaimana di lakukan oleh teman sebayanya.Gadis ini slalu di pingit oleh ke - 2 orangtuanya karna parasnya yang cantik bagai seorang bidadari. Di zamannya, ia di yakini yang tercantik di antara gadis di Silindung. Tak heran, banyak pria yang tergila - gila padanya. Namun, ia, menurut cerita masyarakat & keturunan keluarganya yang saat ini masih hidup, akhirnya menikah dengan seekor ular.

Berawal saat ia, di usianya yang sudah beranjak dewasa, memiliki pekerjaan sehari - hari sebagai seorang penenun ulos. Untuk menghilangkan kebosanannya yang hanya sendiri tinggal di rumah selama orangtuanya membajak sawah & ladang maka ia di perkenankan untuk mengerjakan pembuatan ulos di sebuah pondokan terbuka yang tidak jauh dari rumahnya, di tepian sebuah sungai. Di sebuah tempat khusus yang di sediakan oleh orangtuanya, setiap hari ia lebih sering menyendiri sambil menenun. Kesendirian itu bukan karna keinginannya untuk menghindar dari gadis desa seusianya, namun karna memang ke - 2 orang tuanyalah yang memingitnya karna terlalu sayang.

Suatu hari di siang bolong, saat ia sibuk menenun di gubuk khususnya, tiba - tiba seekor ular besar jadi - jadian menghampirinya sambil menegurnya dengan ramah & sopan. Konon, ular tersebut di katakan orang sakti bermarga Simangunsong yang datang dari Pulau Samosir. Saat Simangunsong berusaha menghampirinya, ia justru melihat seorang pria yang gagah perkasa & tampan. Mereka berkenalan & saling bercerita sembari ia mengerjakan pembuatan ulosnya. Pertemuan sering di lakukan oleh mereka di pondok itu sambil saling bercerita bercanda ria, namun menjelang sore sebelum ke - 2 orangtuanya pulang dari ladang, Simangunsong berpamitan diri untuk pulang. Selama perkenalan mereka, ia pernah menanyakan asal - muasal Simangunsong & Simangunsong mengatakan bahwa kampungnya sangat jauh & ada di tepian sebuah danau. Ia berkata pula dalam hatinya bahwa tidak ada kampung di sekitar situ yang bermarga Simangunsong, tapi dia tidak melanjutkan pertanyaannya.

Keakraban mereka tidak pernah diceritakan olehnya bahwa dia mempunyai seorang hubungan dengan Simangunsong. Setelah menjalin hubungan sekian lama & mereka sudah merasa saling cocok satu sama lain, maka di suatu hari Simangunsong mengutarakan niat untuk meminangnya, akan tetapi Simangunsong harus membawa orang tua untuk meminangnya, sementara kampung Simangunsong sangat jauh ada di tepian Danau Toba. Kalau Simangunsong sendiri sebenarnya adalah orang sakti hingga mampu datang tiap saat mengunjunginya, akan tetapi kesaktian Simangunsong tidaklah mungkin membawa orang lain sama cepat seperti Simangunsong. Rahasia kesaktian Simangunsong pun tidak di beritahukan padanya.Saat itulah, Simangunsong berusaha merayu & mengajaknya untuk menikah.

Melihat ketampanan & kegagahan Simagunsong tersebut, ia akhirnya menerima pinangan tersebut. Karna mereka tidak mempunyai jalan keluar agar hubungan mereka dapat terjalin sesuai kultur adat, di mana orangtua Simangunsong harus datang mengunjungi orangtuanya untuk meminang, maka mereka berdua sepakat untuk kawin lari saja. Mereka membuat janji dengan menentukan hari kapan mereka akan kawin lari.

Setelah pinangan Simangunsong di terima, Simangunsong kemudian mengajaknya untuk pergi menuju ke arah sungai Aek Situmandi & melewati tempat pemandian sehari - harinya di Sungai Aek Hariapan. Tiba waktu yang di tentukan & sama seperti biasanya bahwa ia berangkat ke pondokannya sambil membawa segumpal sekam padi. Sebagaimana biasa, Simangunsong tiba di pondok, lalu mereka mulai melaksanakan niatnya. Sebelum melangkahkan kakinya, ia mengambil sekam padi yang di persiapkan sebelumnya untuk di gunakan sebagai tanda agar orangtuanya mengetahui kemana dia akan pergi. Dari tempat itu, mereka meninggalkan pesan kepada orangtuanya dengan cara menabur sekam padi dari tempat bertenun hingga ke liangnya sekarang. Pesan itu artinya agar orangtua & semua keluarganya mengetahui kalau dia telah pergi & menikah dengan seorang pria, di mana sekam padi tersebut bermakna sampai di mana sekam ini berakhir, di situlah ia berada.

Sebagaimana biasa, sore itu Ompu Raja Natumandi - Hutabarat Pohan pulang dari ladang tapi tidak menemukannya. Mereka coba cari ke sekitar gubuk tapi juga tidak di temukan. Kegelisahan muncul setelah menunggu beberapa lama, lalu mereka pergi menanyakan pada seisi kampung barangkali ada yang tau di mana ia berada. Mereka kini memastikan bahwa ia hilang & seluruh kampung pun ikut bergegas mencarinya.

Akhirnya, mereka menemukan tanda yaitu terlihat sekam padi berserakan yang mengarah ke suatu tempat. Mereka menanyakan pada orang bijak tentang tanda sekam padi yang di berikan itu & si orang bijak mengatakan bahwa itu adalah pertanda bahwa dia sedang di persunting oleh seorang pemuda yang mengajaknya kawin lari. Lalu, mereka mengikuti kemana tanda itu mengarahkan perjalanan mereka. Melihat sekam padi yang bertaburan bak sebuah garis pertanda & tak kunjung di temukannya ia hingga keesokan harinya, akhirnya taburan sekam berhenti di tepi sungai Aek Situmandi & berujung di sebuah liang yang ada di bawah sebuah pohon beringin, hanya berjarak sekitar 500m dari kampung halamannya. Namun, mereka tidak menemukan siapa - siapa di liang itu karna hanya berbentuk gua kecil yang tidak dapat di terobos manusia sampai ke dalamnya. Akhirnya, mereka pun bubar. Di yakini kalau ia menikah dengan seekor ular.
Keesokan harinya, Hutabarat Pohan yang bersedih kehilangannya tetap mencarinya ke dalam liang yang ada di situ. Sampai selama seminggu Ompu Raja Natumandi - Hutabarat Pohan tiap hari berkunjung ke dalam liang & berharap akan menemukannya. Pada hari yang ke - 7, mereka menemukan sebuah kendi dengan sebuah pesan yang di ketahuinya adalah darinya. Pesan yang ada menyebutkan bahwa kendi itu adalah sebagai mahar dari Simangunsong karena dia sudah menikah dengan Simangunsong. Kemudian, pesan lainnya adalah supaya kendi itu tidak di buka sebelum 7 hari & kalau tidak di tepati maka jangan berharap dia akan kembali lagi. Kejadian ini di beritahukan ke - 2 orangtuanya pada tetua kampung & seorang bijak mengatakan bahwa setelah hari ke - 7 supaya di persiapkan kedatangannya untuk di buatkan pesta.

Kendi itu pun di bawa oleh ke - 2 orangtuanya ke rumah. Pada hari pertama, ke - 2 orangtuanya masih mampu untuk mengingat janji. Hari ke - 2 berlalu & makin hari makin besar kerinduan orangtuanya untuk bertemu dengannya serta keinginan membuka kendi pun makin besar. Sampai pada hari ke - 6, mereka tidak mampu lagi untuk menahan keinginan untuk membuka kendi tersebut, lalu mereka sepakat untuk membukanya. Sebenarnya Ompu Raja Tumandi masih melarang Hutabarat Pohan untuk tidak membukanya tapi Hutabarat Pohan memaksa supaya di bukakan saja.

Sewaktu kendi di buka maka mereka pun terkejut karna yang ada dalam kendi penuh dengan batangan emas. Namun, batangan emas itu kemudian berubah perlahan jadi rimpang kunyit. Maka tersadarlah ke - 2 orangtua itu bahwa mereka sudah melanggar janji mereka. Dan mereka pun menangis sejadi - jadinya. Kemudian, mereka pun merasa takut hal ini di ketahui oleh tetua kampung karna pesta penyambutan sudah harus di persiapkan.

Kemudian, satu per satu sanak saudara menanyakan kapan pesta penyambutan akan di laksanakan, akan tetapi ke - 2 orangtuanya diam saja sambil menundukkan kepala mereka bila berpapasan dengan orang sekitarnya. Hutabarat Pohan pun tiap pagi berkunjung ke liang di mana Hutabarat Pohan menemukan kendinya. Selang 7 hari kemudian, waktu Hutabarat Pohan berkunjung lagi pagi harinya, Hutabarat Pohan mencium bau harum bunga di sekitar liang & melihat ada sepasang ular besar sedang berdiam di dalam liang & terhampar bunga serta beberapa lembar daun sirih & jeruk purut. Lalu, ke - 2 ular itu seolah bicara & dapat di mengerti oleh Hutabarat Pohan bahwa mereka adalah Simangunsong serta ia yang menjelma jadi ular & tak dapat lagi berubah wujud menjadi manusia.

Simangunsong sebenarnya adalah seorang sakti yang dapat menjelma menjadi seekor ular, oleh karnanya Simangunsong dulu mampu datang tiap hari menemuinya. Simangunsong datang dari kampung di Pulau Samosir melalui lubang yang terdapat pada liang tersebut dalam wujud ular & hanya muat untuk di lewati oleh ular. Setelah melewati liang, Simangunsong menjelma lagi jadi manusia. Sewaktu mereka kawin lari, Simangunsong menjelma jadi ular, lalu dengan suatu janji maka ia pun berubah menjadi ular. Agar jelmaan ular dapat kembali jadi manusia maka mereka harus memberi mahar pada orangtuanya berupa emas batangan & agar orangtuanya mampu membuat pesta penyambutannya dengan biaya dari emas tersebut.

Oleh karna ada janji yang tidak di tepati maka semua menjadi berantakan. Ia tidak dapat lagi berubah jadi manusia. Banyak orang percaya bahwa ia dapat memberikan berkah pada orang yang berat jodoh.

Sumber :

0 Response to "Putri Bidadari 1"

Posting Komentar