Putri Bidadari 4


Dahulu kala, waktu penduduk yang mendiami Rura Silindung masih memeluk kepercayaan Sipelebegu, hiduplah seorang Raja yang kaya, besar & bersahaja. Ia hidup dengan damai di sebuah huta di tepi sungai Aek Situmandi yang bersih & jernih. Tempat tinggalnya itu berada di seberang Huta Siparini sekarang. Huta Siparini terletak di kaki Dolok Siatas Barita.

Terkabarlah ia karena kekayaan, kebesaran & kebersahajaannya. Semua tanaman di ladang maupun di sawah berlimpah ruah, bahkan sopo tidak bisa lagi menampung hasil bumi. Begitu juga dengan ternaknya yang berlimpah. Ia tinggal di rumah Batak. Tapi, lebih terkenal lagi ia karna kecantikan putrinya yang bernama Si Boru Natumandi .

Banyak Pangeran yang ingin menjadikan Si Boru Natumandi sebagai istri. Kabar mengenai kecantikan Si Boru Natumandi sudah tersebar ke Desa Naualu. Keindahan mata yang teduh, senyum & tawa yang membuat hati damai, kecantikan wajah yang mempesona, rambut yang bagaikan mayang terurai sampai ke tumit, cara bicara yang lemah lembut serta sopan, perilaku yang membanggakan orangtua dalam bermasyarakat & cara berpakaian Si Boru Natumandi juga sangat sopan. Tidak ada seorang pun yang melebihi kharisma yang di miliki Si Boru Natumandi, bahkan di antara kawan Putri yang seumuran dengan Si Boru Natumandi di Desa Naualu. Tidak hanya itu, Si Boru Natumandi pandai mengambil hatinya, sangat terampil manortor & penenun yang handal serta rajin.

Banyak Raja dari Toba, Samosir, Humbang, Pos - Pos & Angkola datang padanya untuk meminang Si Boru Natumandi jadi parumaennya. Si Boru Natumandi sangat pandai mengambil hatinya, hingga menjadi putri kesayangannya. Karna itu, waktu Raja datang meminang Si Boru Natumandi jadi parumaen, ia hanya menjawab bahwa kalau putrinya mau menerima, ia akan memberi restu.

Mendengar jawabannya itu, maka semua Raja yang mau meminang Si Boru Natumandi menyuruh para Pangeran menjumpai Si Boru Natumandi untuk meminta agar Si Boru Natumandi mau di peristri.

Sungguh lemah lembut jawaban Si Boru Natumandi pada Pangeran yang datang. Si Boru Natumandi sangat senang menyambut kedatangan Pangeran itu. Bahkan mereka di suguhi dengan makanan yang lezat & nikmat. Setelah selesai makan, Si Boru Natumandi memberikan jawaban pada Pangeran tersebut.

Pangeran yang datang tidak bisa tenang, mereka selalu penasaran, hati mereka selalu berdebar. Wajah Si Boru Natumandi selalu tersenyum, tidak menunjukkan ketidaksukaan pada tiap Pangeran yang datang. Hal tersebut juga membuat hati tiap Pangeran yang datang jadi gusar & bertanya - tanya sampai lupa pada makanan yang di suguhkan itu.

Perasaannya juga ikut tidak tenang menunggu jawaban yang di berikan putrinya pada Pangeran yang datang itu. Ia sangat berharap agar putrinya mau menerima salah satu lamaran dari Pangeran yang datang itu.

Setelah selesai makan, Si Boru Natumandi memberikan jawaban pada Pangeran yang datang itu dengan sopan & lemah lembut bahwa Si Boru Natumandi belum ingin menikah.

Bagaikan petir di siang bolong Pangeran mendengar perkataan Si Boru Natumandi yang singkat itu. Tubuh mereka lemas tak berdaya, tak sanggup lagi menjejakkan kaki ke atas tanah karna mendengar jawaban tersebut.

Seperti itulah jawaban yang di berikan Si Boru Natumandi pada tiap Pangeran yang datang melamar. Sungguh lemah lembut dalam berkata, dalam melayani pun sangat sopan & baik. Tapi jawaban yang singkat itu bagaikan di sembelih dengan sembilu, sungguh menusuk jantung.

Biasanya, setelah Pangeran yang datang menjumpai Si Boru Natumandi pulang, ia langsung menanyakan apakah putrinya itu sudah menerima salah satu lamaran dari Pangeran yang datang tersebut, tapi jawaban yang di berikan Si Boru Natumandi selalu sama yakni dia masih belum mau menikah.

Seperti itu juga Raja yang menyuruh para Pangeran datang menjumpai Si Boru Natumandi, mereka selalu bertanya. Tiap Pangeran pulang dari rumah Si Boru Natumandi, mereka langsung menanyakan apakah lamaran Pangeran di terima, supaya kita langsung berangkat menjumpainya. Tapi, dari pancaran wajah Pangeran yang lesu tidak bersemangat, mereka sudah tahu bahwa Pangeran tidak di terima Si Boru Natumandi.

Siang berganti malam, hari berganti minggu, bulan berganti tahun, tapi jawaban yang di berikan Si Boru Natumandi selalu sama pada tiap Pangeran yang datang melamar. Ia sedih sebab terdengar berita bahwa Raja yang menyuruh Pangeran menjumpai Si Boru Natumandi merasa di kecilkan & mereka sakit hati. Padahal, Pangeran tersebut tidak memiliki kekurangan, bahkan bisa di katakan sudah sempurna. Wajah mereka tampan, kaya & juga berkedudukan. Tapi, ia bingung & bertanya dalam hatinya.

Kadang, hatinya sedih memikirkan itu Tapi ia tidak mau memaksakan kehendak, takut putrinya tersinggung, sedih / menangis. Ia juga takut putrinya nanti sakit hati padanya.

Ada kebiasaan sehari - hari Si Boru Natumandi yakni Si Boru Natumandi tidak suka martua aek & mandi bersama teman sebaya di sungai. Si Boru Natumandi suka martua aek & mandi di siang hari. Biasanya di waktu mandi, Si Boru Natumandi marhatobung di sungai. Tiap dia marhatobung, selalu terdengar sampai ke kampung, ladang & sawah. Bahkan, orang yang bekerja di sawah & di ladang sampai menghentikan pekerjaan hanya untuk mendengar hatobung Si Boru Natumandi. Entah kenapa, semua hasil pekerjaan Si Boru Natumandi lain daripada yang lain. Seperti hasil tenunan yang sangat cantik & indah, lain dari tenunan Putri. Tiap orang memegang tenunan Si Boru Natumandi, sepertinya ada satu kekuatan yang tidak nampak & mampu menarik hati orang untuk membelinya. Masakan yang di buat juga enak & selalu nikmat, apa yang di kerjakan Si Boru Natumandi selalu cocok bagi orang yang melihat.

Banyak orang bertanya dalam hati mereka tentang kelebihan yang di miliki Si Boru Natumandi, terutama para tetua. Namun, kelebihan itu tidak membawa keburukan hingga membuat mereka tidak melanjutkan pertanyaan yang selama ini mereka tanyakan dalam hati.

Di suatu hari, istrinya mendengar Si Boru Natumandi sedang berbicara di tempat menenun. Istrinya mendekat & ingin melihat siapa teman putrinya berbicara. Si Boru Natumandi sangat serius berbicara sambil mengerjakan tenunan. Dari pembicaraan itu terdengar suara seorang pemuda yang menemani putrinya. Terkadang, Si Boru Natumandi tersenyum malu & kadang bukan Si Boru Natumandi yang menenun. Istrinya terkejut melihat kejadian itu, sebab di sekeliling tempat putrinya menenun tidak ada orang.

Sambil mengusap wajah, istrinya tersadar setelah melihat kejadian aneh yang menimpa putrinya. Istrinya kembali melihat putrinya itu, tapi tetap saja sama seperti yang pertama di lihatnya itu.

Setelah beberapa hari kemudian, istrinya memberitahukan kejadian aneh yang menimpa putrinya itu padanya. Tapi, ia tidak menanggapi celotehan istrinya & juga tidak menanggapi kejadian aneh yang menimpa putrinya itu dengan serius. Akhirnya, istrinya tidak mempermasalahkan itu lagi.

Mungkin Si Boru Natumandi sudah jatuh cinta pada pemuda bernama Simangunsong yang sering datang itu. Sebab di suatu hari, Si Boru Natumandi memberitahukan padanya bahwa Si Boru Natumandi sudah menemukan pemuda pujaan hati. Ia sangat senang mendengar apa yang di beritahukan putrinya.

Biasanya, jika seorang Putri sudah menemukan tambatan hati, sudah lumrah bagi sang orangtua untuk menanyakan perihal pemuda yang menjadi tambatan hati sang Putri. Tentang kelahiran, keadaan keluarga, kekayaan & masih banyak lagi. Supaya nantinya sang Putri bahagia & tidak terlantar, serta menantu itu nantinya bisa menjadi kawan yang dapat di andalkan di waktu terjadi hal yang tidak di inginkan, terlebih waktu perang.

Si Boru Natumandi memberitahukan perihal Simangunsong padanya, yakni cucu Raja serta anak orang kaya, kata Si Boru Natumandi dengan kegembiraan yang terpancar di raut wajah. Melihat kegembiraan putrinya itu, ia tahu bahwa Si Boru Natumandi sudah serius menerima lamaran yang datang dari Simangunsong.

Di suatu hari, Si Boru Natumandi mempertemukan Simangunsong padanya. Sungguh tampan pemuda itu, dengan cara berpakaian yang menunjukkan keturunan seorang Raja yang bersahaja & bentuk badan yang seperti ulubalang. Tidak berselang beberapa lama, Simangunsong tiba - tiba menghilang bersamaan kedipan matanya. Mendadak, ia melihat seekor ular keluar dari rumahnya. Ia terdiam, tidak bisa bicara apa - apa, karna Si Boru Natumandi adalah Putri yang sangat ia sayangi & kasihi.

Ia hanya pasrah & menyerahkan semua pada Mula Jadi Na Bolon.

Setelah tiba waktu keberangkatan Si Boru Natumandi, Si Boru Natumandi memasak makanan yang lezat mulai dari pagi sampai sore hari. Setelah semuanya siap, ia melihat putrinya sedang makan bersama Simangunsong.

Sesudah mereka selesai makan, ia melihat mereka lagi tapi mereka sudah tidak ada lagi di tempat mereka makan. Lenyap seperti di telan bumi, ia melihat makanan yang tersaji itu tidak berkurang sedikit pun & sudah dingin seperti sudah lama di tinggalkan.

Pagi buta, istrinya bangun bersama ibu lain & melihat sobuan serta mengikutinya. Mereka mengikuti sobuan itu hingga sampai di depan mulut sebuah gua yang berada di tepi Aek Situmandi dekat aek rangat. Mereka memberanikan diri memasuki gua tersebut, tapi karna terlalu gelap, mereka memutuskan untuk tidak meneruskan lebih dalam lagi. Mereka pulang & memberitahukan kejadian tersebut. Kabar itu langsung tersebar di seluruh Lembah Silindung.

Setelah matahari terbit dari atas Dolok Siatas Barita, sampailah ke huta itu beberapa ekor aili yang besar & gemuk. Sepertinya, ada yang menyuruh mereka turun dari hutan menuju Dolok Siatas Barita. Semua aili itu jinak & tidak meronta waktu di tangkap serta di sembelih oleh orang kampung untuk di gunakan pada acara pesta. Seperti itulah terus aili turun dari hutan di atas Dolok Siatas Barita selama 7 hari, sampai semua orang yang datang ke acara pesta itu membawa sebagian dagingnya ke kampung masing - masing.

Sebelum di genapi 7 hari 7 malam, beberapa orang dari keluarga dekat Si Boru Natumandi secara diam - diam mengintip isi ampang yang di berikan Simangunsong sebagai mas kawin. Padahal, Si Boru Natumandi sudah memberitahukan bahwa ampang itu tidak boleh di buka oleh siapapun sebelum tergenapi hari yang di janjikan. Mereka melihat isi ampang itu hanya sobuan yang sudah mulai menggumpal seperti emas di dalamnya.

Setelah kejadian itu, ia bermimpi bahwa ia di datangi putrinya yang memberitahukan bahwa sudah ada yang melihat ampang yang telah di beri pesan itu. Ampang & isinya sudah hambar sebab pesan Si Boru Natumandi sudah di langgar.

Melihat semua kejadian yang menimpa keluarga & putrinya, maka ia mengumpulkan semua Raja, tetua kampung & semua penduduk Hutabarat untuk berkumpul, martonggo ke Mula Jadi Na Bolon.

Sumber : https://mobile.facebook.com/notes/aku-anak-tarutung-kenapa-rupanya/legenda-putri-bidadari-boru-natumandi-hutabarat/409873875740746/?_rdr

0 Response to "Putri Bidadari 4"

Posting Komentar