Lubuk Emas


Ada seorang raja yang bertahta di daerah Teluk Dalam, Raja Simangolong namanya. Ia memiliki seseorang anak wanita yang sangatlah cantik bernama Sri Pandan.
Sri Pandan bukan sekedar cantik jelita, tapi juga terampil bekerja. Sri Pandan pintar menenun, menganyam tikar & punya kebiasaan juga menumbuk padi.

Kecantikan Sri Pandan demikian menyebar. Bukan sekedar di ketahui rakyat tapi juga beberapa pemuda dari negri lain. Ia sangatlah mengharapkan putrinya itu bakal menikah dengan Pangeran dari negri lain. Dengan begitu, persahabatan dengan negri lain akan terjalin dengan baik.

Ia sangat senang saat pada akhirnya datang lamaran dari kerajaan Aceh. Raja Aceh meminang Sri Pandan untuk di nikahkan dengan Pangeran Aceh yang sudah di nobatkan juga sebagai putra mahkota. Akan tetapi, ia tidak serta merta menerima lamaran itu sebelum meminta pendapat putrinya terlebih dulu. Oleh karenanya, ia meminta waktu pada utusan Raja Aceh.

Sepulang utusan Raja Aceh, ia bertanya pada putrinya, Sri Pandan. Sri Pandan tidak cepat menjawab, Sri Pandan bahkan juga menundukan muka. Airmata Sri Pandan luruh.

Sikap Sri Pandan sangatlah membuatnya keheranan. Sri Pandan tidak juga segera menjawab pertanyaannya. Airmata Sri Pandan bahkan semakin deras menetes.

Suara Sri Pandan terdengar lirih dengan wajah terus tertunduk saat dengan nada terbata Sri Pandan menuturkan bahwa Sri Pandan sebenarnya sudah menjalin hubungan dengan seseorang pemuda. Sri Pandan bahkan juga sudah mengikat janji dengan kekasih hatinya itu.

Sri Pandan mengakui bahwa pemuda yang ia maksud adalah Hobatan. Tidak terperikan kemarahannya merasakan keteguhan sikap putrinya yang memilih jadi istri pembantu setianya di banding di sunting Putra Mahkota Kerajaan Aceh. Ia kemudian memerintahkan Sri Pandan untuk menikahi Pangeran Aceh.

Sri Pandan tidak berdaya menghadapi perintahnya. Sri Pandan lalu menjumpai Hobatan serta mengajak Hobatan untuk pergi dari istana kerajaan. Begitu kecewanya Sri Pandan saat mendengar Hobatan menolak ajakan Sri Pandan. Bukan sekedar menampik, Hobatan bahkan juga menyarankan supaya Sri Pandan menerima saja lamaran Putra Mahkota Kerajaan Aceh.

Sri Pandan kecewa lalu mengancam akan terjun ke dalam lumbung. Hobatan tetap bertahan pada keputusan tentang agar Sri Pandan menikahi Pangeran Aceh & mengurungkan gagasan bunuh diri Sri Pandan.

Bertambahlah kekecewaan Sri Pandan. Hari itu juga, Sri Pandan berkemas. Sri Pandan membawa sebagian helai bajunya. Seluruh perhiasan yang terbuat dari emas ikut di bawa Sri Pandan & dengan langkah mantap, Sri Pandan meninggalkan istana kerajaan serta menuju lubuk Sungai Asahan.

Setibanya di tempat yang di maksud, Sri Pandan melemparkan seluruh barang bawaannya ke lubuk yang dalam itu. Usai bersumpah bahwa tidak akan ada perempuan cantik lagi di sana, Sri Pandan lalu menerjunkan dirinya ke lubuk, membawa cinta serta kesetiaannya.

Kegemparan besar menempa istana kerajaan saat Raja Simalongong serta Permaisuri tidak menemukan Sri Pandan. Raja Simalongong lalu memanggil Hobatan.

Di hadapan Raja Simalongong, Hobatan menceritakan peristiwa yang di rasakan berkenaan dengan Sri Pandan. Ia sudah menyarankan supaya Sri Pandan menerima pinangan Putra Mahkota Kerajaan Aceh tapi Sri Pandan jadi mengancam bakal terjun ke lubuk di banding mesti menikah dengan lelaki yang tidak di cintainya.

Raja Simangolong sangat menyesali perbuatannya. Dengan di iringi beberapa prajurit, mereka menuju lubuk di Sungai Asahan itu. Beberapa prajurit bergegas menerjuni lubuk untuk mencari Sri Pandan. Tetapi sesudah berkali - kali menyelam serta mencari, Sri Pandan tak juga mereka temukan. Mengingat Sri Pandan terjun ke dalam lubuk dengan membawa semua perhiasan emasnya, jadi lubuk itu juga di beri nama Lubuk Emas.

Sumber :

0 Response to "Lubuk Emas"

Posting Komentar