Putri Pukes


Di dataran tanah Gayo, hiduplah seorang putri raja bernama Putri Pukes. Di tempat asal cerita ini, Putri Pukes lazim juga di sapa sebagai Inen Manyak Pukes. Ketika menginjak usia dewasa, Ia telah menjelma menjadi gadis yang cantik jelita, bertabiat santun & penuh pengabdian kepada kedua orang tuanya.

Sebuah keluarga di kampung tetangga mendengar berita tentangnya & berniat melamarnya untuk di jadikan menantu. Ia akan di kawinkan dengan Pangeran Banta Keumari. Datanglah utusan ke rumah orang tuanya untuk melamar sang gadis. Ia menyukai pangeran dari Samar Kilang tersebut. Awalnya, kedua orangtuanya tidak merestui karena negeri tempat tinggal pangeran itu jauh. Namun, karena kegigihannya & sang Pangeran, orangtuanya pun merestui & menikahkan mereka.

Pernikahan pun di laksanakan berdasarkan adat setempat. Mempelai wanita harus tinggal & menetap di tempat mempelai pria. Setelah menikah, tibalah saatnya ia menyusul suaminya. Ia pun pamit kepada orangtuanya untuk pergi ke kerajaan suaminya. Orangtuanya sangat bersedih, tetapi mereka harus melepas anaknya itu pergi.

'Pergilah, Nak, bersama para pengawal. Tapi, satu hal yang harus kau jaga, begitu melangkahkan kaki keluar dari kerajaan ini, sebelum kamu melewati daerah rawa, kamu jangan pernah melihat ke belakang. Sekali pun janganlah menoleh lagi ke belakang.' Pesan orangtuanya. Ia pun berangkat bersama para pengawal. Di tengah jalan, ia selalu teringat akan orangtuanya & sangat merindukan mereka. Karena ia terlalu bersedih, tanpa sengaja, ia menoleh ke belakang.

Tampak olehnya sayup - sayup atap rumahnya & tampak pula sepintas pohon bergoyang bersama angin. Tiba - tiba, datanglah petir menyambar & hujan yang sangat lebat. Ia & rombongannya segera berteduh di dalam sebuah gua.

Di dalam gua, ia berdiri di sudut untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Perlahan, ia merasa tubuhnya mengeras. Ia sangat terkejut & menangis. Ternyata, tubuhnya berubah menjadi batu. Ia menyesal karena tidak mengindahkan pesan orangtunya. Seharusnya, ia tidak menoleh ke belakang selama dalam perjalanan.

Setelah merasa cukup lama beristirahat & hujan mulai reda, para pengawal berniat melanjutkan perjalanan. Mereka pun memanggilnya.

'Tuan Putri! Hujan sudah reda, mari kita melanjutkan perjalanan.' Panggil para pengawal. Berkali - kali mereka memanggil, tapi tetap tidak terdengar jawaban.

Para pengawal pun menghampiri tempatnya berdiri. Mereka terus memanggil, tapi ia hanya diam. Saat melihat dengan jelas, para pengawal sangat terkejut melihat tubuhnya telah mengeras & menjadi batu.

Sampai sekarang, batunya masih bisa di lihat. Bentuknya membesar di bagian bawah, tetapi bentuk sanggul & kepalanya masih bisa di kenali. Batu tersebut membesar di bagian bawah, karena ia terus menangis. Sehingga air matanya menumpuk di bawah.

Sementara itu, karena hujan yang sangat lebat, terbentuklah danau di kawasan itu. Penduduk sekitar menamakan danau itu dengan Danau Laut Tawar.

Di sana juga ada lubang tempat suami sang putri lari, yang katanya sampai sekarang arwahnya masih sering menjaga sang putri

Walaupun menurut sumber lain, dulu ceritanya ada pernikahan. Kemudian tiba - tiba ada perubahan cuaca. Kumpulan orang yang ingin datang ke pernikahan masuk ke dalam gua. Katanya mereka tidak bisa keluar.


Sumber :

    0 Response to "Putri Pukes"

    Posting Komentar