tangan & kepala. Sedangkan, pohon ingul untuk bagian badan & kaki.
Seorang pembuatnya dulu di kenal dengan sebutan Datu Panggana. Setiap orang yang membuatnya harus dengan seluruh jiwa agar ia dapat bergerak seperti manusia hidup. Karena itu pulalah masyarakat Batak percaya bahwa siapapun yang membuatnya akan meninggal sebagai tumbal setelah pembuatannya terselesaikan. Untuk mencegah hal tersebut, masyarakat membuat bagian tubuhnya secara terpisah. Misalnya satu orang membuat tangan, satu orang lagi membuat kaki, lalu orang lain membuat kepala / badan.
Ia akan menari saat di lantunkan musik daerah Batak & benang yang menggerakkan tubuhnya konon berjumlah sama dengan urat yang ada di tubuh manusia. Ada tali yang menghubungkan bagian kepala & lengannya sehingga ia pun bisa bergerak. Kepalanya bisa di putar ke samping kanan & kiri, mata serta lidahnya dapat bergerak, ke - 2 tangan berlenggok seperti tangan manusia yang menari & dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok. Padahal, semua gerakan itu hanya di atas peti mati, tempat di simpannya ia seusai di pajang. Mungkin secara bersama juga tali & kerandanya yang berukiran Batak di selesaikan. Dulu, tali tersebut katanya sama sekali tidak ada. Gerakannya berlangsung hanya dengan kekuatan gaib yang di miliki dalangnya.
Tariannya biasa di lakukan ketika ada seorang anak yang meninggal, terutama lelaki. Masyarakat Batak percaya arwah orang yang telah meninggal akan bersemayam di dalamnya. Seringkali, ia menari dengan sendirinya tanpa ada yang menggerakkan. Unsur seram lain darinya adalah ia hanya bisa di tempatkan di peti mati, bahkan menari pun di atas peti mati. Karna sesungguhnya ia memang di ciptakan untuk mengantar kematian seseorang. Ia akan mempertunjukkan tariannya selama kurang lebih 1 jam & selama itu kita akan di buat kagum dengan berbagai gerakannya yang detail. Pertunjukkannya menari di mainkan dengan iringan musikal sordam & gondang sabangunan. Di lengkapi dengan 8 orang penari yang mengiringinya.
Ia pun sering di temukan sedang menitikkan air mata. Patung yang di hidupkan melalui kekuatan gaib dalam tradisi Batak di sebut dengan gana - ganaan.
Untuk melihatnya, kita dapat mengunjungi rumah adat Batak di desa Tomok. Ada tempat khusus untuk menyimpannya zaman dahulu. Namanya di sebut sopo balian, sebuah rumah di tengah sawah.
Ia selalu tampil rapi & khas dengan balutan busana adat Batak lengkap dengan kain ulos serta memiliki ukuran hampir sebesar manusia, Tingginya mencapai 1,5m. Ia memiliki nilai kasih sayang yang kental, yang berkaitan dengan hubungan orangtua & anak.
Sumber :
- https://suratku01.wordpress.com/2009/07/10/cerita-rakyat-sumatera-utara-legenda-sigale-gale/
- http://jadiberita.com/2181/kisah-sigale-gale-si-boneka-mistis-pulau-samosir.html
- http://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/nasional/si_gale_gale/
- http://medan.panduanwisata.id/wisata-budaya-2/legenda-mistis-tarian-sigale-gale/
- http://tapanulinadeges.blogspot.com/2013/03/menyingkap-sejarah-dan-keajaiban-sigale.html
- http://traveling.bisnis.com/read/20140217/224/201960/wisata-danau-toba-sigale-gale-sebuah-tarian-kematian
0 Response to "Sigale - Gale 3"
Posting Komentar