BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mempelajari sejarah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan ketentuan yang dituntut oleh dunia ilmu pengetahuan bukankah pekerjaan mudah, dan sederhana seperti menghafalkannya tatkala masih duduk di bangku sekolah dasar atau sekolah menengah. Untuk membaca sumber sejarah, apalagi yang memakai bermacam aksara, Pallawa Jawa Kuna, Batak Kuna, jawa Tengahan, Jawa Baru, Arab Pegon, Bali, Bugis, Cina dan lain-lain dengan bahasa yang berbeda-beda pula memerlukan piranti serta keahlian tersendiri. Belum lagi yang ada hubungannya dengan isi atau kandungan sumber sejarah yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan seperti masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, agama, birokrasi, pemerintahan, ataupun tokoh-tokoh pemegang peran. Sejarawan tidak dapat bersitegang untuk bekerja sendirian, dan hanya berkubang dalam ilmu sejarah semata. Sejarawan tidak dapat demikian saja mengabaikan hubungan dan bantuan dari ilmu-ilmu lainnya yang koheren dengan pokok studi atau pokok kajiannya. Dalam hal ini sejarawan tidak bekerja sendirian, dan sejumlah ilmu dapat memberikan bantuan atau bahkan ada yang sepenuhnya mengabdikan diri bagi kepentingan ilmu sejarah (seperti arkeologi), lazim disebut dengan istilah ilmu bantu sejarah (auxillary discipline).( diakses pada Selasa 30 Oktober 2012, http://dwiluky.wordpress.com/2011/07/02/ilmu-ilmu-bantu-sejarah/)
Dalam dunia pengetahuan untuk mempelajari sejarah, sejarawan tidak mungkin lepas dari bantuan ilmu bantu sejarah. Sejarawan pasti memerlukan ilmu-ilmu bantu lain untuk mengkaji sumber-sumber sejarah. Maka dari itu, sangat diperlukannya ilmu bantu sejarah. Pada makalah ini akan diuraikan secara lebih rinci mengenai ilmu bantu sejarah serta kegunaannya bagi perkembangan ilmu sejarah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi ilmu bantu sejarah?
2. Bagaimana konsep ilmu bantu sejarah ?
3. Jelaskan Ilmu apa saja yang termasuk ilmu bantu sejarah?
4. Apa kegunaan ilmu bantu sejarah?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah dan agar mahasiswa mengetahui dan memahami definisi ilmu bantu sejarah, konsep-konsepnya, serta kegunannya bagi perkembangan ilmu sejarah itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Bantu Sejarah
Sumber sejarah adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam merekontruksi peristiwa sejarah. Sumber sejarah merupakan segala jejak yang ditinggalkan dan tentunya memiliki nilai informasi berharga terkait dengan objek yang direkonstruksi. Karena sejarawan dihadapkan dengan ragam jejak masa lalu, maka sulit baginya untuk mengkaji sumber-sumber itu bila hanya mengandalkan ilmu sejarahnya. Keterbatasan sejarawan menjangkau semua sumber-sumber itu membuatnya harus mencari alternatif lain yang dapat memudahkan pekerjaan rekonstruksinya. Oleh karena itu, pada tahap inilah sejarah butuh ilmu lain sebagai ilmu bantu. (Rahman Abd Hamid, 2011: 25-26). Penggunaan ilmu-ilmu bantu ini tergantung pada pokok-pokok atau periode sejarah yang dipelajari. Adapun ilmu-ilmu bantu yang merupakan pendukung sejarah itu dalam bahasa Inggris disebut auxiliary sciences atau sister disciplines. (Rustam E. Tamburaka. 1999: 35-39)
B. Konsep Ilmu Bantu Sejarah
Mengenai ilmu apa saja yang termasuk sebagai ilmu bantu sejarah, di antara para ahli terdapat perbedaan konsep.
· LOUIS GOTTSCHALK dalam mengerti sejarah terjemahan Nugroho Notosusanto (1981), menyebutkan filologi, epigrafi, palaeografi, hiraldik genealogi, brafiografi, dan kronologi sebagai ilmu bantu sejarah.
· SIDI GAZALBA dalam pengantar Sejarah Sebagai Ilmu menyatakan bahwa ilmu purbakala, ilmu piagam, filologi, palaeografi, kronologi, senumismatik, dan genealogi menjadi ilmu bantu sejarah. Gazalba selanjutnya menambahkan bahwa ilmu sosial seperti etnografi, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya juga dapat membantu sejarawan dalam tugasnya menyusun sejarah.
· GILBERT J. GARRAGHAN, S.J. dalam A Guide to Historical Method berpendapat bahwa auxallary sciences (ilmu bantu sejarah) terdori dari : filsafat, biliografi, antropologi, linguistik, arkeologi, epigrafi, numismatik, dan genealogi.
· HERU SOEKRADI K. Dalam dasar-dasar Metodologi Sejarah menempatkan filologi, arkeologi, numismatik, kronologi, epigrafi, dan genealogi sebagai “ilmu bantu sejarah”, atau ancillary diciplin. Ilmu-ilmu itu menurut Heru Soekradi sepenuhnya mengabdikan diri untuk sejarah. Adapun yang termasuk sebagai ilmu ilmu bantu sejarah ialah ilmu-ilmu sosial (auxillary disciplin).
Menurut hemat penulis semua ilmu-ilmu yang dikemukakan oleh para ahli di atas tidak secara total menyediakan dirinya sebagai kepentingan ilmu sejarah, melainkan dalam batas-batas tertentu yang ada kaitannya dengan permasalahan sejarah, khususnya permasalahan sejarah yang telah dipersoalkan atau aktual dihadapi. Arkeologi bagian tidak terpisahkan dari sejarah kebudayaan. Sehubungan dengan hal di atas sebenarnya tidaklah relevan untuk membrikan batas secara hitam putih atau tegas terhadap mana yang dianggap sebagai ilmu dasar sebagian lagi ssebagai ilmu bantu sejarah.
Yang perlu mendapat perhatian adalah penguasaan dalam batas-batas tertentu terhadap konsep-konsep ilmu-ilmu bantu akan memberikan prespektik atau sudut pandang (visi) tertentu dari sejarawan terhadap pokok studi yang dihadapi. Yang dimaksud dalam konteks ini ialah derajad subyektivitas atau pandangan sejarawan akan ikut terpengaruhi oleh penguasaan di atas, subyektivitas itu berdasarkan dimensi tertentu dari ilmu bantu yang digunakan untuk memandang, mendekati pokok studi atau kajian. Pandangan seorang ahli ekonomi mungkin berbeda dengan pandangan mereka yang ahli sosiologi terhadap perang Diponegoro. Berbeda pila mereka yang ahli agama. Subyektivitas yang dihasilkan dikarenakan mereka melihat peristiwa sejarah sebagai fenomena sosial dari sudut keahlian yang berbeda. Subyektivtas yang demikian dalam studi sejarah analitis nampaknya sulit untuk dihindarkan. Subyektivitas yang disebabakan oleh faktor-faktor dimensional disebut subyektivitas dimensional. Bila ditinjau sejarawan menggunakan tinjauan atau pendekatan bersifat multi dimensi dengan sendirinya langkah ini akan mengurangi bahkan dapat menghapus subyektivitas dimensional, yang memandang suatu peristiwa hanya dari dimensi ilmu tertentu. Obyektivitas hasil tinjauan multi dimensi suadah barang tentu memiliki derajad lebih tinggi dibandingkan dengan obyektivitas yang dicapai dengan cara-cara terdahulu. (http://dhieraputra.blogspot.com/search?updated-min=2011-01-01T00:00:00 08:00&updated-max=2012-01-01T00:00:00-08:00&max-results=1, diakses pada Selasa, 30 Oktober 2012).
C. Ilmu Bantu Sejarah
1. Paleontologi
Ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk kehidupan purba yang pernah hadir di muka bumi terutama fosil. Kata fosil berasal dari bahasa Yunani fissilis yang artinya sesuatu yang digali dan dikeluarkan dari dalam tanah. Jadi fosil adalah sisa-sisa binatang dan tumbuhan yang terpendam di dalam tanah selama ratusan juta tahun dan tetap terpelihara bentuknya karena telah membatu.
2. Paleoantropologi
Paleoantropologi mempunyai kajian berbeda dengan paleontologi. Objek kajian paleoantropologi adalah mempelajari fosil manusia purba. Ilmu ini berusaha mengkaji, merekonstruksi asal usul manusia, evolusinya, persebarannya, lingkungannya, cara hidup dan budayanya. Fosil-fosil manusia ditemukan pada kala pleistosen.
Di Indonesia kajian manusia purba telah banyak dilakukan oleh sarjana Eropa sejak akhir abad 19. Eugene Dubois menemukan tulang rahang di daerah Trinil tepi Bengawan Solo. Setelah direkonstruksi fosil itu diberi nama Pithecantropus Erectus yang artinya manusia kera berdiri tegak. GHR. Von Koeningswald yang berhasil merekonstruksi fosil Homo Soloensis (Manusia Solo), Homo Mojokertensis (Manusia Mojokerto) dan Pithecantropus Mojokertensis (Manusia kera dari Mojokerto) dan Meganthropus Paleojavanicus (Manusia besar Jawa purba).
3. Arkeologi
Arkeologi adalah kajian ilmiah mengenai hasil budaya pra sejarah dan sejarah melalui penggalian (ekskavasi). Beberapa kelompok benda-benda arkeologi adalah :
o Semua benda buatan manusia dengan tujuan untuk kepentingan manusia. Umumnya benda ini mudah untuk dipindah-pindah seperti manik-manik, kapak batu dan lain-lain.
o Bangunan tempat pemukiman yang sulit dipindahkan
o Ekofak yaitu objek alamiah yang ikut tertimbun bersama-sama artefak dan bangunan seperti sisa makanan kulit kerang.
Ilmu sejarah sangat terbantu dengan arkeologi karena kajian ini sangat membantu dalam memberikan informasi tentang di mana, bilamana, bagaimana kebudayaan atau suatu peradaban yang tinggi bisa tumbuh, berkembang dan akhirnya runtuh. Di Amerika Serikat ilmu arkeologi merupakan cabang antropologi sedang di Eropa, arkeologi masuk dari ilmu sejarah.
4. Paleografi
Paleografi adalah ilmu membaca, menentukan waktu, menganalisis tulisan-tulisan kuno yang ditulis di atas papirus, tablet-tablet tanah liat, tembikar, kayu, perkamen (vellum) kertas dan daun lontar. Contohnya adalah misteri tulisan hieoroglyph yang tertulis di papirus pada zaman Firaun baru dapat terbaca pada tahun 1799 oleh ilmuwan Prancis Jean Champollion. Contoh lagi adalah adalah tulisan paku pada zaman Mesopotamia (Irak) dapat tebaca pada tahun 1846 oleh Sir Henry Rawlinson.
5. Epigrafi
Hampir mirip dengan Paleografi, Epigrafi lebih fokus ke objek tempat menulis. Epigrafi adalah pengetahuan tentang cara membaca, menentukan waktu dan menganalisis tulisan atau inskripsi pada benda-benda yang bertahan lama seperti batu, logam atau gading. Secara sederhana Epigrafi adalah ilmu membaca prasasti.
Tokoh-tokoh epigraf asing yang banyak melalukan penelitian di Indonesia adalah Casparis, Bosch, Coedes. Sementara epigraf Indonesia yang terkenal adalah Purbacaraka, Buchori, Sukarto K. Atmojo
6. Ikonografi
Ikonografi adalah ilmu tentang arca/ patung kuno. Patung dan arca yang ditemukan pada umumnya adalah bagian dari tempat-tempat beragama (sakral). Patung-patung banyak ditemukan di beberapa peradaban besar dunia seperti Mesir, Mesopotamia, Persia, India, Yunani, Romawi dan Cina. Sedang di Indonesia, patung terbuat dari tanah liat, batu dan logam. Patung yang dibuat pada masa prasejarah ditemukan di Pasemah. Umumnya patung yang ditemukan di Indonesia merupakan personifikasi tokoh-tokoh sejarah seperti: patung Rajasa (Ken Arok), Prajna Paramita (Ken Dedes), Kertanegara, Gajah Mada, Tribuwana Tunggadewi.
7. Numismatik
Numismatik adalah ilmu yang mempelajari mata uang, asal usul, teknik pembuatan, sejarah, mitologi dan seninya. Mata uang atau koin adalah sepotong logam yang diberi bentuk dan berat tertentu yang memuat tanda-tanda yang dicapkan di atasnya oleh pejabat pemerintah sehingga menjadi jaminan sahnya mengenai nilai dan beratnya sebagai alat tukar resmi.
Bagi kajian sejarah, keberadaan mata uang atau koin menjadi sangat penting karena dapat menunjukkan adanya kegiatan ekonomi, hubungan dagang antar pulau di nusantara atau dengan luar nusantara, hubungan politik dan budaya.
8. Ilmu Keramik
Keramik adalah nama umum untuk tembikar, cina dan porselin. Pengetahuan tentang keramik merupakan ilmu bantu sejarah dan kesenian yang penting. Hasil kajian tentang benda-benda ini merupakan bahan penting untuk penyusunan sejarah baik pada periode pra sejarah dan sejarah. Dari kajian tentang keramik akan diketahui perkiraan waktu, pemilik atau pendukung kebudayaan keramik, lalu lintas perdagangan dan interaksi antar daerah dan bangsa.
Tembikar di Indonesia biasanya berupa alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pecahan tembikar ini telah ditemukan pada masa mesolitikum (batu madya) seperti sampah dapur (kjokkenmoddinger) yang ditemukan di pantai timur Sumatra. Pada masa neolitikum (batu baru), tembikar yang ditemukan telah dihias dan diperhalus.
9. Genealogi
Pengetahuan tentang asal-usul nenek moyang atau keturunan keluarga keluarga seseorang. Biasanya hal ini dilakukan oleh para kaisar/raja untuk legitimasi terhadap dirinya. Biografi dari orang/ tokoh dapat diteliti melalui bio data atau curriculum vitae.
10. Filologi
Filologi adalah ilmu yang mempelajari naskah-naskah kuno. Beberapa naskah yang sangat penting dalam mengkaji sejarah Indonesia. Beberapa naskah kuno yang dikenal antara lain :
a) Negarakertagama
Negarakertagama adalah naskah lontar yang ditemukan dan dirampas oleh Belanda di Puri Cakranegara Lombok tahun 1894. Naskah ini menggunakan bahasa Jawa Kuno, berhuruf Bali dan berbentuk puisi (kakawin). Naskah ini ditulis oleh Mpu Prapanca seorang pujangga Majapahit ditulis tahun 1365 setahun setelah Gajah Mada wafat. Sekarang naskah ini disimpan di Universitas Leiden Belanda. Beberapa sejarawan telah menterjemahkan naskah seperti oleh Brandes dan H. Kern. Sementara sejarawan Indonesia yang menterjemahkan naskah ini adalah Prof. Slametmulyono (1953).
Secara garis besar isi dari naskah Negarakertagama antara lain : tinjauan filsafat Prapanca dan tujuan penulisan, susunan pemerintah pusat dan pemerintahan dalam negeri Majapahit, wilayah nusantara yang dikuasai Majapahit, penyiaran agama Hindu-Budha, catatan perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, sejarah Singasari-Majapahit sejak Ken Arok hingga Hayam Wuruk dan Gajah Mada, upacara kebesaran di Majapahit, dan peraturan mengenai pertanahan agraria.
b) Pararaton
Naskah ini menggunakan bahasa Jawa Kuno, berbentuk prosa, tidak diketahui penulisnya dan disusun sekitar abad 16. Pararaton berisi tentang riwayat Ken Arok. Tahun 1920 naskah Pararaton ditulis ke dalam bahasa Romawi dan diterjemahkan oleh Brandes. Nasakah Pararaton berisi tentang kisah Ken Arok sebagai pendiri wangsa Rajasa, istrinya Ken Dedes dan sejarah Majapahit 1486.
c) Kidung Sundayana
Kidung Sundayana berbentuk puisi (kidung). Naskah ini ditemukan di Bali dan menggunakan bahasa Jawa Kuno dengan pengarang yang belum diketahui. Isi secara umum naskah Kidung Sundayana bercerita tentang kronologis perang Bubat yang diawali dengan keinginan Hayam Wuruk mencari permaisuri. Maka terpilihlah putri dari kerajaan Pajajaran yang bernama Citraloka. Rombongan Pajajaran dan putri Citraloka akhirnya datang ke Majapahit. Di sinilah awal masalah terjadi ketika Gajah Mada tidak senang dengan cara Hayam Wuruk menyambut kerajaan Pajajaran. Muncullah perselisihan paham antara Gajah Mada, Hayam Wuruk dan pihak Pajajaran. Tidak adanya kesepakatan pihak meyebabkan pertempuran antara kedua belah. Raja Pajajaran terbunuh dalam peristiwa ini dan Citraloka akhirnya bunuh diri.
d) Babad Tanah Jawi
Naskah ini bercerita tentang pasang surut sejarah Jawa yang meliputi akhir kerajaan Majapahit 1525 sampai Perjanjian Giyanti 1755 yang membagi Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Secara rinci isi Babad Tanah Jawi adalah Kerajaan Demak Bintoro, Mataram, walisongo terutama figur Sunan Kalijaga dan perpecahan Mataram.
e) Carita Parahiyangan
Naskah berbahasa dan beraksara Sunda Kuno ini ditulis pada daun lontar. Naskah ini pernah ditranskrip dan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Pleyte dengan catatan dari Purbacaraka. Isinya tentang leluhur raja Sunda (para hiyang) yang dimulai dari kerajaan Galuh (Ciamis) sampai runtuhnya kerajaan Pajajaran karena serangan Islam. Yang unik dari naskah ini adalah terdapatnya nama raja Sanjaya dari kerajaan Mataram.
f) Hikayat Raja-Raja Pasai
Nasakah ini ditulis dalam bahasa Melayu sekitar abad 16 yang sekarang disimpan di perpustakaan Royal Society di London. Hikayat ini bercerita tentang kerajaan Pasai (Aceh) periode abad ke-13-16 M. Isi singkatnya adalah tentang raja Pasai yang memeluk agama Islam yaitu Raja Ahmad dan saudaranya Muhammad, tentang raja Samudra pertama yaitu Merah Silu yang masuk Islam dengan gelar Malik as-Saleh, tentang adu kerbau besar Majapahit (Raja Sang Nata dan Gajah Mada) dan anak kerbau dari Minangkabau (Patih Suatang dan Patih Katamanggungan). Yang menarik dari hikayat ini memuat tentang nama 35 daearah nusantara dan Semenanjung Melayu yang ditaklukkan Majapahit.
g) Sejarah Melayu
Naskah Melayu ini menggunakan aksara Arab-Melayu ditulis oleh Tun Sri Lanang (1565-1642) seorang bendahara dari Kesultanan Johor. Buku ini ditulis sekitar tahun 1612 seabad setelah Malaka ditundukkan Portugis tahun 1511. Penulisan acapkali tertunda karena Aceh sering menyerang Johor sehingga penulis harus mengungsi. Naskah ini sekarang disimpan di British Museum London.
Ringkasnya naskah ini berawal dari Sang Tri Buana yang turun dari Bukit Seguntang Palembang sampai direbutnya Malaka oleh Portugis tahun 1511. Sang Tri Buana ini dianggap sebagai pangkal empat keluarga raja yang memerintah Palembang, Majapahit, Melayu dan Minangkabau.
11. Etnografi
Etnografi adalah cabang dari antropologi yang menggambarkan tentang kebudayaan suatu masyarakat atau kelompok suku bangsa. Kajian etnografi diawali dengan keheranan orang-orang Eropa terhadap bangsa di luar Eropa yang mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan mereka pada sekitar abad ke-16 M. Etnografi sangat membantu penulisan sejarah etnis yang disebut etnohistory.
12. Ilmu-ilmu Sosial
Cabang-cabang ilmu sosial seperti ekonomi, geografi, sosiologi, psikologi dan lain-lain menjadi pisau analisis yang sangat membantu dalam penelitian dan penulisan sejarah.
13. Bahasa
Penguasaan bahasa adalah syarat mutlak bagi sejarawan dalam melakukan penelitian dan penulisan sejarah. Penguasaan bahasa tidak harus menjadi ahli, minimal dapat mengerti apa yang dibaca dan ditulis. Sumber-sumber primer sejarah yang disimpan di arsip biasanya ditulis dengan bahasa asing atau bahasa daerah tertentu. Jika ingin mengkaji Indonesia pada masa kolonialisme maka sejarawan harus menguasai Bahasa Belanda. Jika ingin meneliti sejarah pada masa Mataram, Minangkabau atau Bugis maka sejarawan wajib menguasai Bahasa Daerah. Jika ingin meneliti sejarah Hindu-Budha di Indonesia maka sejarawan wajib menguasai Bahasa Sanskerta, Jawa Kuno atau Sunda Kuno. Jika ingin meneliti sejarah pada penyebaran Islam di Indonesia maka sejarawan wajib menguasai Bahasa Arab.
D. Kegunaan Ilmu Bantu Sejarah
Ilmu bantu sejarah digunakan sesuai dengan topik atau periode yang dikaji serta merupakan alat (tools) yang membantu analisis secara kritis dan ilmiah. Selain itu berguna pula untuk mengembangkan Ilmu Sejarah itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu bantu sejarah sangat diperlukan. Dalam mengkaji sumber-sumber sejarah, sejarawan memerlukan bantuan dari ilmu-ilmu pendukung yang lain. Sejarawan tidak hanya mengandalkan pada ilmu sejarahnya saja, jika sejarawan hanya mengandalkan ilmu sejarah saja maka akan sangat terbatas sumber-sumbernya dan akan mengalami kesulitan. Dari para ahli juga terdapat berbagai konsep yang berbeda mengenai ilmu bantu sejarah. Ilmu bantu sejarah yang membantu dalam mengkaji sumber-sumber sejarah yaitu: Paleontologi, Paleoantropologi, Arkeologi, Paleografi, Epigrafi, Ikonografi, Numismatik, Ilmu Keramik, Genealogi, Filologi, Etnografi, Ilmu-ilmu Sosial, dan Bahasa. Ilmu-ilmu bantu ini digunakan tergantung pada pokok-pokok atau periode sejarah yang dipelajari yang merupakan alat untuk analisis dan untuk mengembangkan ilmu sejarah.
B. Saran
Untuk mempelajari sejarah, ilmu bantu sejarah sangatlah penting. Oleh karena itu, hendaknya juga dipelajari ilmu-ilmu lain untuk membantu dan mengembangkan ilmu sejarah. Karena ilmu bantu sejarahlah seseorang yang mempelajari sejarah dapat mengkaji sumber-sumbernya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abd Rahman , Muhammad Saleh Madjid. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Ismaun. 1990. Pengantar Ilmu Sejarah, Bandung: IKIP Bandung,
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Tamburaka, Rustam Effendy. 1999.Pengantar ilmu sejarah, teori filsafat sejarah, sejarah filsafatdan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta.
Dhieraputra, 2011. Ilmu Bantu Sejarah (http://dhieraputra.blogspot.com /search?updated-min=2011-01-01T00:00:00 08:00&updatedmax=2012-01-01T00:00:00-08:00&max-results=1, diakses pada Selasa, 30 Oktober 2012)
0 Response to "Ilmu Bantu Sejarah"
Posting Komentar